Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan kepadatan tulang menurun, serta perubahan pada kerangka massa tulang. Osteoporosis tidak menimbulkan gejala, kecuali meningkatkan risiko patah tulang, terutama pada usia tua (>50 tahun), pada wanita atau post menopausal. Untuk mendiagnosa osteoporosis yang tepat WHO menetapkan menggunakan alat bone densitometry (BMD) yaitu alat yang sangat sensitif menilai kepadatan tulang.
Kepadatan tulang pada semua umur bila digambarkan grafiknya berbentuk distribusi normal. Hal ini sesuai dengan fisiologi tulang yang kepadatannya dimulai sejak lahir sampai mencapai puncaknya pada umur 30 tahun dan perlahan-lahan massa tulang kemudian menurun sesuai umur. Kepadatan tulang normal terletak antara -1 ± SD. Pada umumnya BMD dilaporkan dalam bentuk plot yang dibandingkan dengan kepadatan tulang pada populasi normal (young population). Hasil yang ditampilkan pada BMD merupakan perbedaan BMD pasien dengan BMD normal pada populasi usia muda dan ditampilkan sebagai standar deviasi (SD). SD=0 artinya peak bone mass.
Osteoporosis, WHO mendefinisikan bila hasil BMD T-score menunjukkan < -2,5SD, bila angka T-score = (-1)SD sampai dengan (-2,4)SD digolongkan sebagai osteopeni, sedangkan T-score diatas -1SD digolongkan sebagai tulang normal. Dalam mengevaluasi BMD, vertebra (tulang belakang) maka yang dinilai adalah rata-rata BMD dari L1-L4. Bila diantara lumbal L1 dan L4 menunjukkan angka T-score yang tidak relevan (terlalu tinggi atau terlalu rendah) maka harus dievaluasi lebih lanjut.
Nilai BMD berkorelasi dengan kekuatan tulang yang menunjukkan risiko fraktur. WHO menetapkan FRAX tool yang bisa diakses lewat internet untuk menilai 10 tahun ke depan risiko fraktur.
Risiko Osteoporosis:
– Punya riwayat keluarga
– Awal menopause
– Hypogonade
– Konsumsi kortikosteroid 7,5mg lebih dari 3 bulan
– Celiac diseases
– Rheumatoid Arthritis
– Hiperparatiroid primer
– Hipertiroid
– Gagal ginjal
– Sirosis hepatis
