Profil Antibodi Pada Penyakit Autoimun

Bagaimana antibodi terbentuk

Antibodi terbentuk akibat stimulasi sel B dengan paparan antigen tertentu, misalnya infeksi herpes virus, maka tubuh untuk memusnahkan virus ini memerlukan antibodi, maka tubuh atau sel kekebalan tubuh akan memicu sel B membentuk antibodi terhadap virus herpes. Dengan tujuan untuk memusnahkan virus tersebut di dalam tubuh. Setelah selesai virus tereliminir dari tubuh, tubuh tidak akan terinfeksi lagi karena ada sel B memori yang mengenali virus tersebut. Bila tubuh terinfeksi virus herpes kembali, tidak akan jatuh sakit karena tubuh mempunyai antibodi terhadap herpes.

 

Pada penyakit autoimun biasanya terjadi misunderstanding dimana sel tubuh dianggap sebagai antigen dan sel tubuh ini seperti layaknya sel-sel yang lain terdiri dari berbagai material sel mulai dinding sel, inti sel dan organel sel, sehingga terbentuk antibodi. Antibodi ini terbentuk karena tubuh mengenali seluruh komponen sel menjadi antigen, sehingga pada penyakit autoimun ditemukan berbagaai macam antibodi. Autoantibodi bisa didapat pada individu normal, oleh karena itu adanya autoantibodi tidak harus selalu terdiagnosa sebagai penyakit autoimun.

 

Pemeriksaan penyakit autoimun pada dasarnya ditegakkan dari pemeriksaan klinis, pemeriksaan serologi hanya sebagai data penunjang. Seorang klinisi tidak mengandalkan antibodi tertentu sebagai dasar diagnose, harus tetap melihat kondisi klinis penderita.

 

Perjalanan penyakit lupus

Perjalanan penyakit lupus misalnya ditandai dalam lima fase yaitu fase genetic dimana tidak ditemukan antibodi maupun gejala klinis, fase antibodi yaitu fase pembentukan antibodi tanpa ditandai gejala klinis, fase subklinis yaitu ditandai dengan adanya antibodi dan gejala klinis yang minimal, fase klinis yaitu ditandai dengan gejala klinis yang nyata dan fase penyembuhan.

 

Masing-masing fase ini dari inviidu satu ke invidu lainnya berbeda-beda, demikian pula gejalah yang muncul. Semua tergantung pada factor genetic, dengan demikian tidak bisa digeneralisisr gejala dari satu pasien ke pasien lainnya. Demikian juga mengenai respon terapi serta antibodi yang ditemukan. Dikarenakan lupus mengenali semua partkel sel itu menjadi antigen, maka antibodi yang ditemukan pada lupus sangat banyak, seringkali kita mengenalnya dengan profil antibodi ANA. Antibodi ANA adalaah antibodi terhadap inti sel, sebagian besar penyakit autoimun ditemukan antibodi ANA. Jadi antibodi ANA tidak spesifik ditemukan hanya pada penyakit lupus.

 

Berbagai teknik pelacakan antibodi mulai dari imunoflueorescent sampai ELISA masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Pelacakan antibodi dengan teknik fluorescent memberikan gambaran homogeny yang artinya bahwa bila diekstrak lagi antibodi ini, maka akan didapatkan anti dsDNA dan anti histone. Bentuk lain dari pelacakan antibodi dengan teknik immunofluorescent yaitu dengan pola peripheral yang artinya menggambarkan membrane dari nucleus. Bentuk lain yaitu speckled yaitu menggambarkan berbagai macam antibodi yaitu anti-SM, anti-U1RNP, anti-SSa atau Ro, anti-Jo. Bentuk keempat yaitu nukleolat ini spesifik pada pasien scleroderma atau overlap syndrome, terdiri dari DNA topoisomerase 1, Scl70, PM-Scl, centromer pattern biasanya didapatkan antibodi terhadap kinetochore pada CREST syndrome, PBC, cytoplasmic pattern.

 

Hasil pemeriksaan antibodi yang positif tidak selalu selaras dengan adanya penyakit autoimun yang terkait dengan antibodi tersebut, karena beberapa antibodi dapat ditemukan pada penyakit hati kronik, keganasan, infeksi. antibodi ini baru akan bermakna bila kondisi klinis pasien sesuai dengan antibodi tersebut. Oleh karena itu harus hati-hati dalam mengintepretasikan hasil pemeriksaan antibodi yang ada.

 

Antibodi-antibodi yang ditemukan pada penyakit autoimun

 

Antibodi ANA: Antibodi anti nuclear antibody (ANA) merupakan antibodi yang sering dilacak pada berbagai penyakit autoimun. Pada penyakit autoimun banyak dikenali autoantibodi yang dikenali akibat respon tubuh yang salah terhadap sel tubuh sendiri. Pada penyakit-penyakit tertentu dibedakan berdasarkan kelompok antibodi yang ada di dalam tubuh atau banyaknya antibodi ini tinggi kadarnya dalam tubuh. Beberapa penyakit misalnya SLE, sjogren syndrome, MCTD, miositis, scleroderma, dan autoimun yang lain didapatkan berbagai macam profil antibodi.

 

antibodi Anti dsDNA: Pada populasi didapatkan antibodi terhadap double stranded DNA (materi gen pita DNA yang terpilin). Antibodi ini ada dua bentuk yaitu antibodi dsDNA dan antibodi ssDNA. Antibodi ssDNA tidak spesifik untuk lupus, bisa ditemukan pada penyakit autoimun yang lain. Terbentuknya antibodi dsDNA ini berasal dari sel yang mengalami apoptosis (kematian). Pada pasien lupus biasanya didapatkan 70% positif, tetapi terkadang pada penderita lupus dsDNA-nya negatif.

 

Anti snRNP antibodi: Merupakan antibodi terhadap material sel yang disebut snRNP yang berfungsi untuk membentuk mRNA (cetakan RNA).

 

Anti Sm antibodi: Antibodi ini spesifik pada lupus dan berhubungan dengan aktivitas penyakit. Biasanya adanya antibodi ini dikaitkan dengan manifestasi lupus serebral, lupus nefritis dan perikarditis.

 

Anti U1nRNP: Hampir dijumpai 30-40% pasien, dikaitkan dengan manifestasi raynaud, bengkak pada jari-jari, hipomortilitas esophagus. Antibodi ini sering ditemukan pada overlap syndrome atau MCTD.

 

Antibodi Ssa/Ro dan Ssb/La: Berkaitan dengan neonatal lupus dan C2, C4 defisiensi. Heart block pada janin, fotosensitif, sitopenia dan inflamasi liver. Bila ibu mempunyai antibodi ini, maka bila hamil harus dimonitor ketat akan terjadi kematian janin yang mendadak akibat blok pada jantung oleh karena antibodi ini.

 

Antibodi histone: Antibodi terhadap histone, dijumpai pada SLE yang disebabkan oleh karena obat-obatan atau drug induced. Beberapa obat-obatan yang dapat memicu gejala lupus yaitu hidralasin, rokainamide, isoniacide, dan chlorformacine.

 

Antibodi rRNP: Dihubungkan dengan manifestasi psikosis pada lupus.

 

Antibodi PCNA: PCNA adalah suatu siklin yang terkait siklus replikasi sel. Sedikit sekali terdeteksi pada pasien SLE.

 

Antibodi antiphospholipid: Yaitu antibodi terhadap dinding sel. Lupus anti koagulan terdiri dari baberapa antibodi, antibodi ini dikaitkan dengan adanya thrombosis pada penyakit autoimun. Gejala lain yang bisa ditimbulkan adalah abortus yang berulang, trombositopeni, hemolitik anemia dengan comb test yang positif, lipidoretikularis. Manifestasi yang mungkin ditimbulkan oleh karena antibodi ini adalah stroke, dementia oleh karena adanya infark diberbagai tempat di otak.

 

Antibodi Ku: Antibodi ini ditemukan spesifik pada penyakit polimiositis dan scleroderma dan banyak ditemukan pada populasi Jepang.

 

Antibodi hnRNP: Antibodi ini dikaitkan dengan raynaud phenomena atau dismotilitis dari esophagus.

 

Antibodi DNA topoisomerase 1 / Scl70: Dikaitkan dengan scleroderma sistemik.

 

Antibodi anticentromer: Dihubungkan dengan CREST syndrome, antibodi ini adalalh protein yang terletak di centromer, dimana fungsinya untuk mitosis.

 

Antibodi anti-Jo: Yaitu antibodi terhadap histidil tRNA sintesa. Antibodi ini dihubungkan dengan ILD atau polimiositis.

1 comment for “Profil Antibodi Pada Penyakit Autoimun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *